Sabtu, 01 Agustus 2015

[021] Al Anbiyaa Ayat 037

««•»»
[021] Al Anbiyaa Ayat 037
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
[AYAT 36][AYAT 38]
[KEMBALI]
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
37of112
Sumber: Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net
http://www.al-quran-al-kareem.com/id/terjemahan/Tafsir-Jalalayn-indonesian
http://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=0&tTafsirNo=74&tSoraNo=21&tAyahNo=37&tDisplay=yes&UserProfile=0&LanguageId=2 
http://al-quran.info/#21:37

[021] Al Anbiyaa Ayat 036

««•»»
Surah Al Anbiyaa' 36

وَإِذَا رَآكَ الَّذِينَ كَفَرُوا إِنْ يَتَّخِذُونَكَ إِلَّا هُزُوًا أَهَذَا الَّذِي يَذْكُرُ آلِهَتَكُمْ وَهُمْ بِذِكْرِ الرَّحْمَنِ هُمْ كَافِرُونَ
««•»»
wa-idzaa raaaka alladziina kafaruu in yattakhidzuunaka illaa huzuwan ahaadzaa alladzii yadzkuru aalihatakum wahum bidzikri alrrahmaani hum kaafiruuna
««•»»
Dan apahila orang-orang kafir itu melihat kamu, mereka hanya membuat kamu menjadi olok-olok. (Mereka mengatakan): "Apakah ini orang yang mencela tuhan-tuhan-mu?", padahal mereka adaIah orang-orang yang ingkar mengingat Allah Yang Maha Pemurah.
««•»»
Whenever the faithless see you they only take you in derision: ‘Is this the one who speaks ill of your gods?’ And they defy the remembrance of the All-beneficent.
««•»»

Dalam ayat ini Allah SWT. menerangkan sikap dan kelakuan orang-orang kafir terhadap Nabi Muhammad saw, yaitu bahwa setiap kali mereka melihatnya, maka mereka menjadikan Nabi sasaran bagi olok-olokan dan ejekan mereka, seraya berkata kepada sesama mereka:

Ini macamnya orang yang mencela tuhan kamu ? Padahal merekalah orang-orang yang ingkar dari mengingat Allah SWT.. Demikianlah ejekan mereka terhadap Rasulullah. Dan mereka tidak menginsafi bahwa yang sebenarnya merekalah yang selayaknya menerima ejekan, karena mereka menyembah patung-patung dan berhala, yang tidak kuasa berbuat apapun untuk mereka, bahkan tangan mereka sendirilah yang membuat tuhan-tuhan mereka itu sehingga mereka yang menjadi kholik sedang tuhan-tuhan mereka menjadi makhluk yang diciptakan. Dengan demikian, keadaan menjadi terbalik dari pada yang semestinya, karena tuhan semestinya sebagai pencipta bukan yang diciptakan.

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
TAFSIR JALALAIN
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

(Dan apabila orang-orang kafir itu melihat kamu tidaklah mereka menjadikanmu melainkan hanyalah sebagai bahan perolokan) yakni mereka memperolok-olok kamu seraya mengatakan, ("Apakah ini orang yang mencela tuhan-tuhan kalian?") orang yang mencaci maki tuhan-tuhan kalian. (Dan mereka adalah orang-orang yang bila disebutkan nama Tuhan Yang Maha Pemurah) kepada mereka (maka mereka) lafal ini berfungsi menjadi taukid (ingkar) kepada-Nya, karena mereka menjawab, "Kami tidak mengetahui-Nya."
««•»»
And whenever the disbelievers see you, they only take you in derision, that is, as one to be derided, saying: ‘Is this the one who mentions your gods?’, that is, [the one who] derides them? And yet when it comes to the mention of the Compassionate One, to them, they (hum, [repeated] for emphasis) are disbelieving, of it, saying, ‘We do not know of any such [individual]’.
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
klik ASBABUN NUZUL klik
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»


Ibnu Jarir mengetengahkan sebuah hadis melalui Qatadah yang telah menceritakan, bahwa penduduk kota Mekah berkata kepada Nabi saw., "Jika kamu benar-benar seperti apa yang telah kamu katakan dan kamu suka jika kami beriman kepadamu, maka ubahlah bukit Shafa ini menjadi emas buat kami". Lalu datanglah malaikat Jibril kepadanya seraya berkata, "Jika kamu suka, maka jadilah apa yang diminta oleh kaummu itu. Akan tetapi jika hal itu sudah nyata, kemudian mereka masih juga tidak mau beriman, maka mereka tidak boleh ditangguhkan lagi azabnya. Dan jika kamu suka maka kamu dapat menangguhkan permintaan kaummu itu". Maka Allah menurunkan firman-Nya, "Tidak ada penduduk suatu negeri pun yang beriman yang Kami telah membinasakannya sebelum mereka, maka apakah mereka akan beriman?"
(QS. Al Anbiyaa [21]:6).
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
[AYAT 35][AYAT 37]
[KEMBALI]
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
36of112
Sumber: Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net
http://www.al-quran-al-kareem.com/id/terjemahan/Tafsir-Jalalayn-indonesian
http://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=0&tTafsirNo=74&tSoraNo=21&tAyahNo=36&tDisplay=yes&UserProfile=0&LanguageId=2 
http://al-quran.info/#21:36

[021] Al Anbiyaa Ayat 035

««•»»
Surah Al Anbiyaa' 35

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ
««•»»
kullu nafsin dzaa-iqatu almawti wanabluukum bialsysyarri waalkhayri fitnatan wa-ilaynaa turja'uuna
««•»»
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.
««•»»
Every soul shall taste death, and We will test you with good and ill by way of test, and to Us you will be brought back.
««•»»

Dalam ayat ini Allah menyatakan lebih tegas lagi, bahwa setiap makhluk-Nya yang hidup atau bernyawa pasti akan merasakan mati. Tidak satupun yang kekal, kecuali dia sendiri, dalam hubungan ini,

Allah SWT. berfirman dalam ayat yang lain:
كل شيء هالك إلا وجهه
Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah.
(QS. Al Qashash [28]:88)

Selanjutnya dalam ayat ini juga Allah menjelaskan cobaan yang ditimpakan Allah kepada manusia tidak hanya berupa hal-hal yang buruk, atau musibah yang tidak disenangi, bahkan juga ujian tersebut dapat pula berupa kebaikan atau keberuntungan. Apabila ujian atau cobaan itu berupa musibah, maka tujuannya adalah untuk menguji sikap dan keimanan manusia, apakah ia sabar dan tawakal dalam menerima cobaan itu. Dan apabila cobaan itu berupa suatu kebaikan, maka tujuannya adalah untuk menguji sikap mental manusia, apakah ia mau bersyukur atas segala rahmat yang dilimpahkan Allah kepadanya.

Jika seseorang bersikap sabar dan tawakal dalam menerima cobaan atau musibah, serta bersyukur kepada-Nya dalam menerima suatu kebaikan dan keberuntungan, maka dia adalah termasuk orang yang memperoleh kemenangan dan iman yang kuat serta mendapat keridaan-Nya. Sebaliknya, bila keluh kesah dan rusak imannya dalam menerima cobaan Allah, atau lupa daratan ketika menerima rahmat-Nya sehingga ia tidak bersyukur kepada-Nya, maka orang tersebut adalah termasuk golongan manusia yang merugi dan jauh dari rida Allah.

Inilah yang dimaksudkan dalam firman-Nya pada ayat lain:
إن الإنسان خلق هلوعا إذا مسه الشر جزوعا وإذا مسه الخير منوعا إلا المصلين
Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah; dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir, kecuali orang-orang yang mengerjakan salat.
(QS. Al Ma'aaraij [70]:19-22)

Pada akhir ayat ini Allah SWT. menegaskan, bahwa bagaimanapun juga tingkah laku manusia dalam menghadapi cobaan atau dalam menerima rahmat-Nya, namun akhirnya segala persoalan kembali kepada-Nya juga. Dialah yang memberikan balasan, baik pahala maupun siksa, atau memberikan ampunan kepada siapa yang dikehendaki-Nya.

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
TAFSIR JALALAIN
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

(Tiap-tiap yang berjiwa itu akan merasakan mati) di dunia (dan Kami akan menguji kalian) mencoba kalian (dengan keburukan dan kebaikan) seperti miskin, kaya, sakit dan sehat (sebagai cobaan) kalimat ini menjadi Maf`ul Lah, maksudnya supaya Kami melihat, apakah mereka bersabar dan bersyukur ataukah tidak. (Dan hanya kepada Kamilah kalian dikembalikan) kemudian Kami akan membalas kalian.
««•»»
Every soul shall taste death, in this world, and We will try you, We will test you, with ill and good, such as poverty and wealth, sickness and health, as an ordeal (fitnatan, an object denoting reason, in other words, for the purpose of seeing whether you will be patient and give thanks or not). And then unto Us you shall be brought back, that We may requite you.
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
[AYAT 34][AYAT 36]
[KEMBALI]
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
35of112
Sumber: Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net
http://www.al-quran-al-kareem.com/id/terjemahan/Tafsir-Jalalayn-indonesian
http://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=0&tTafsirNo=74&tSoraNo=21&tAyahNo=35&tDisplay=yes&UserProfile=0&LanguageId=2 
http://al-quran.info/#21:35

[021] Al Anbiyaa Ayat 034

««•»»
Surah Al Anbiyaa' 34

وَمَا جَعَلْنَا لِبَشَرٍ مِنْ قَبْلِكَ الْخُلْدَ أَفَإِنْ مِتَّ فَهُمُ الْخَالِدُونَ
««•»»
wamaa ja'alnaa libasyarin min qablika alkhulda afa-in mitta fahumu alkhaaliduuna
««•»»
Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusiapun sebelum kamu (Muhammad); maka jikalau kamu mati, apakah mereka akan kekal?
««•»»
We did not give immortality to any human before you. If you are fated to die, will they live on forever?
««•»»

Karena adanya keinginan kaum musyrikin agar Nabi Muhammad segera meninggal dunia, maka dalam ayat ini Allah SWT. menegaskan bahwa Muhammad sebagai manusia adalah sama halnya dengan manusia lainnya, yaitu bahwa ia tidak akan kekal hidup di dunia ini. Dan memang Allah SWT. belum pernah memberikan kehidupan duniawi yang kekal kepada siapapun sebelum lahirnya Nabi Muhammad. Walaupun ia adalah Nabi dan Rasul-Nya, namun ia pasti akan meninggalkan dunia fana ini apabila ajalnya sudah datang. Dan merekapun demikian pula, tidak akan kekal di dunia ini selama-lamanya. Inilah salah satu segi dari keadilan Allah SWT. terhadap semua makhluk-Nya, dan merupakan Sunah-Nya yang berlaku sepanjang masa.

Dalam ayat lain Allah SWT. berfirman:
وما محمد إلا رسول قد خلت من قبله الرسل
Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang Rasul.
(QS. Ali Imran [3]:144)

Maka ayat ini menyatakan lebih tegas, bahwa Nabi Muhammad akan meninggalkan dunia yang fana ini, sebagaimana halnya Rasul-rasul yang telah ada sebelumnya. Akan tetapi, walaupun ia suatu ketika meninggal dunia, namun agama Islam yang telah dikembangkannya akan tetap ada dan semakin berkembang, karena Allah SWT. telah memberikan jaminan untuk kemenangannya. Sebab itu adalah sangat keliru, bila kaum musyrikin mengharapkan bahwa dengan wafatnya Nabi Muhammad maka agama Islam akan terhenti perkembangannya, dan dakwah lslamiah akan mereda Kenyataan sejarah kemudian menunjukkan, bahwa setelah wafatnya Nabi Muhammad saw. dakwah Islamiah berjalan terus sehingga agama Islam berkembang jauh melampaui batas-batas jazirah Arab, baik ke Timur, Utara, maupun ke Barat dan Selatan.

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
TAFSIR JALALAIN
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

Ayat ini diturunkan ketika orang-orang kafir berkata, bahwa sesungguhnya Muhammad itu pasti akan mati (Kami tidak menjadikan hidup kekal bagi seorang manusia pun sebelum kamu) hidup abadi di dunia (maka jika kamu mati, apakah mereka akan kekal?) di dunia? Tentu saja tidak. Jumlah kalimat yang terakhir inilah yang mengandung pengertian ingkar.
««•»»
When the disbelievers said that Muhammad (s) would die, the following was revealed: And We did not assign to any human being before you immortality, permanence [of life] in this world. What, if you [are fated to] die, will they be immortal?, in it? No! (The last sentence constitutes the [syntactical] locus of the interrogative of denial).

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
klik ASBABUN NUZUL klik
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»


Ibnu Murdawaih mengetengahkan sebuah hadis melalui sahabat Ibnu Abbas r.a. bahwa ketika permulaan wahyu turun kepada Nabi saw. beliau sedang salat, sewaktu berdiri beliau menjinjitkan kakinya. Allah menurunkan firman-Nya, "Thaha. Kami tidak menurunkan Alquran ini kepadamu supaya kamu menjadi susah.."
(QS. Thaaha [20:1-2)

hadis melalui Rabi' ibnu Anas yang telah menceritakan, bahwa Nabi saw. selalu menjinjitkan kedua telapak kakinya, agar dapat terlihat oleh semua orang yang hadir bersamanya, sehingga turunlah firman-Nya, "Kami tidak menurunkan Alquran ini kepadamu supaya kamu menjadi susah.."
(QS. Thaaha [20:2)

Ibnu Murdawaih mengetengahkan pula hadis lainnya melalui Aufiy yang ia terima dari Ibnu Abbas r.a. Ibnu Abbas r.a. telah menceritakan bahwa orang-orang musyrik telah mengatakan, "Sesungguhnya lelaki ini (yakni Nabi Muhammad) telah dibuat susah oleh Rabbnya". Maka Allah swt. menurunkan firman-Nya, "Thaha. Kami tidak menurunkan Alquran ini kepadamu supaya kamu menjadi susah.."
(QS. Thaaha [20:1-2)
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
[AYAT 33][AYAT 35]
[KEMBALI]
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
34of112
Sumber: Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net
http://www.al-quran-al-kareem.com/id/terjemahan/Tafsir-Jalalayn-indonesian
http://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=0&tTafsirNo=74&tSoraNo=21&tAyahNo=34&tDisplay=yes&UserProfile=0&LanguageId=2 
http://al-quran.info/#21:34

[021] Al Anbiyaa Ayat 033

««•»»
Surah Al Anbiyaa' 33

وَهُوَ الَّذِي خَلَقَ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ كُلٌّ فِي فَلَكٍ يَسْبَحُونَ
««•»»
wahuwa alladzii khalaqa allayla waalnnahaara waalsysyamsa waalqamara kullun fii falakin yasbahuuna
««•»»
Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya.
««•»»
It is He who created the night and the day, the sun and the moon, each swimming in an orbit.
««•»»

Selanjutnya, dalam ayat ini Allah SWT. mengarahkan perhatian manusia kepada kekuasaan-Nya dalam menciptakan waktu malam dan siang, serta matahari yang bersinar di waktu siang, dan bulan bercahaya di waktu malam. Masing-masing beredar pada garis edarnya dalam ruang cakrawala yang amat luas yang hanya Allahlah yang mengetahui batas-batasnya.

Adanya waktu siang dan malam disebabkan karena perputaran bumi pada sumbunya, di samping peredarannya mengelilingi matahari. Bagian bumi yang mendapatkan sinar matahari mengalami waktu siang, sedang bagiannya yang tidak mendapatkan sinar matahari tersebut mengalami waktu malam. Sedang cahaya bulan adalah sinar matahari yang dipantulkan bulan ke bumi. Di samping itu, bulan juga beredar mengelilingi bumi.

Keterangan yang terdapat dalam ayat-ayat di atas adalah untuk menjadi bukti-bukti alamiyah, di samping dalil-dalil yang rasional dan keterangan-keterangan yang terdapat dalam kitab-kitab suci terdahulu, tentang wujud dan kekuasaan Allah SWT., untuk memperkuat apa yang telah disebutkan-Nya dalam firman-Nya yang terdahulu, bahwa "apabila" di langit dan di bumi ini ada tuhan-tuhan selain Allah niscaya rusak binasalah keduanya".

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
TAFSIR JALALAIN
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

(Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari semua itu) lafal Kullun ini tanwinnya merupakan pergantian daripada Mudhaf ilaih, maksudnya masing-masing daripada matahari, bulan dan bintang-bintang lainnya (di dalam garis edarnya) pada garis edarnya yang bulat di angkasa bagaikan bundaran batu penggilingan gandum (beredar) maksudnya semua berjalan dengan cepat sebagaimana berenang di atas air. Disebabkan ungkapan ini memakai Tasybih, maka didatangkanlah Dhamir bagi orang-orang yang berakal; yakni keadaan semua yang beredar pada garis edarnya itu bagaikan orang-orang yang berenang di dalam air.
««•»»
And He it is Who created the night and the day, and the sun and the moon, each (kullun, the nunation of this [particle] stands in place of the second noun [of the genitive construction] that would have been al-shams, ‘the sun’, or al-qamar, ‘the moon’, or their subsidiaries, namely, al-nujūm, ‘the stars’) in an orbit, a circular [one] like a mill in the sky, swimming, moving with speed, like a swimmer in water. In order to effect the analogy with the latter, the plural person [of the verb employed] for rational beings is used.
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
[AYAT 32][AYAT 34]
[KEMBALI]
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
33of112
Sumber: Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net
http://www.al-quran-al-kareem.com/id/terjemahan/Tafsir-Jalalayn-indonesian
http://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=0&tTafsirNo=74&tSoraNo=21&tAyahNo=33&tDisplay=yes&UserProfile=0&LanguageId=2 
http://al-quran.info/#21:33

[021] Al Anbiyaa Ayat 032

««•»»
Surah Al Anbiyaa' 32

وَجَعَلْنَا السَّمَاءَ سَقْفًا مَحْفُوظًا وَهُمْ عَنْ آيَاتِهَا مُعْرِضُونَ
««•»»
waja'alnaa alssamaa-a saqfan mahfuuzhan wahum 'an aayaatihaa mu'ridhuuna
««•»»
Dan Kami menjadikan langit itu sebagai atap yang terpelihara {960}, sedang mereka berpaling dari segala tanda-tanda (kekuasaan Allah) yang terdapat padanya.
{960} Maksudnya: yang ada di langit itu sebagai atap dan yang dimaksud dengan terpelihara ialah segala yang berada di langit itu dijaga oleh Allah dengan peraturan dan hukum-hukum yang menyebabkan dapat berjalannya dengan teratur dan tertib.
««•»»
We made the sky a preserved roof and yet they are disregardful of its signs.
««•»»

Pada ayat ini Allah SWT. mengarahkan perhatian manusia kepada benda-benda langit, yang diciptakan-Nya sedemikian rupa sehingga masing-masing berjalan dan beredar dengan teratur, tanpa jatuh berguguran atau bertabrakan satu sama lainnya. Semuanya itu dipelihara dengan suatu kekuatan yang disebut "daya tarik menarik" antara benda-benda langit itu, termasuk matahari dan bumi. Ini juga merupakan bukti yang nyata tentang wujud dan kekuasaan Allah. Akan tetapi kaum musyrikin tidak memperhatikan bukti-bukti tersebut.

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
TAFSIR JALALAIN
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

(Dan Kami menjadikan langit itu sebagai atap) bagi bumi, sebagaimana atap yang menaungi rumah (yang terpelihara) tidak sampai ambruk (sedang mereka dari segala tanda-tanda yang ada padanya) berupa matahari, bulan dan bintang-bintang (berpaling) mereka yakni orang kafir tidak mau memikirkan hal itu hingga mereka mengetahui, bahwa pencipta kesemuanya itu tiada sekutu bagi-Nya.
««•»»
And We made the heaven a roof, for the earth, [functioning] like the roof of a house, preserved, from collapsing; and yet of the signs thereof, namely, [the signs of this heaven such as] the sun, the moon and the stars, they are disregardful, failing to reflect on them and thus realise that the Creator of such [things] can have no partner.
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
[AYAT 31][AYAT 33]
[KEMBALI]
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
33of112
Sumber: Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net
http://www.al-quran-al-kareem.com/id/terjemahan/Tafsir-Jalalayn-indonesian
http://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=0&tTafsirNo=74&tSoraNo=21&tAyahNo=32&tDisplay=yes&UserProfile=0&LanguageId=2 
http://al-quran.info/#21:32

Minggu, 14 Juni 2015

021] Al Anbiyaa Ayat 031

««•»»
Surah Al Anbiyaa' 31

وَجَعَلْنَا فِي الْأَرْضِ رَوَاسِيَ أَنْ تَمِيدَ بِهِمْ وَجَعَلْنَا فِيهَا فِجَاجًا سُبُلًا لَعَلَّهُمْ يَهْتَدُونَ
««•»»
waja'alnaa fii al-ardhi rawaasiya an tamiida bihim waja'alnaa fiihaa fijaajan subulan la'allahum yahtaduuna
««•»»
Dan telah Kami jadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh supaya bumi itu (tidak) goncang bersama mereka dan telah Kami jadikan (pula) di bumi itu jalan-jalan yang luas, agar mereka mendapat petunjuk.
««•»»
We set firm mountains in the earth lest it should shake with them, and We made broad ways in them so that they may be guided [to their destinations].
««•»»

Pada ayat ini Allah SWT. mengarahkan pandangan manusia kepada gunung-gunung dan jalan-jalan serta dataran-dataran luas yang ada di bumi ini. Allah menerangkan bahwa Dia menciptakan gunung-gunung yang kokoh di bumi ini seakan-akan menjadi pasak, sehingga bumi tidak berguncang bersama manusia yang ada di atasnya, sedang ia senantiasa berputar pada sumbunya, dan beredar di sekeliling matahari. Sedang dataran-dataran dan lembah-lembah yang luas itu diciptakan-Nya agar manusia mudah berjalan dan mudah pula bercocok tanam dan memelihara ternak, serta mendirikan bangunan yang diperlukannya. Apabila manusia memperhatikan semuanya itu, niscaya mereka akan sampai kepada keimanan terhadap Allah Pencipta alam semesta, serta mensyakuri segala rahmat-Nya.

««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
TAFSIR JALALAIN
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»

(Dan telah Kami jadikan di bumi ini berpatok-patok) yakni gunung-gunung yang kokoh (supaya) tidak (goncang ia) yakni, bumi (bersama mereka dan telah Kami jadikan pula padanya) di gunung-gunung itu (celah-celah) yang dapat ditempuh (sebagai jalan-jalan) lafal Subulan ini menjadi Badal dari lafal Fijaajan, artinya jalan-jalan yang luas dan dapat ditempuh (agar mereka mendapat petunjuk) untuk sampai pada tujuan-tujuan mereka dalam bepergian.
««•»»
And We set in the earth firm mountains lest it should shake with them, and We set in them, [in] the firm mountains, ravines, as roads (subulan substitutes [for fijājan, ‘ravines’, which are wide through-routes]), that perhaps they may be guided, to their destinations during travel.
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
[AYAT 30][AYAT 32]
[KEMBALI]
««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»««•»»
31of112
Sumber: Yayasan Indonesia Membaca http://www.indonesiamembaca.net
http://www.al-quran-al-kareem.com/id/terjemahan/Tafsir-Jalalayn-indonesian
http://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=0&tTafsirNo=74&tSoraNo=21&tAyahNo=31&tDisplay=yes&UserProfile=0&LanguageId=2 
http://al-quran.info/#21:31